Konsep/Definisi
1)
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan
masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam
kelas yang menerapkan pembelajaran berbasis masalah, peserta didik bekerja
dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata.
2)
Pembelajaran
berbasis masalah merupakan suatu metode pembelajaran yang menantang peserta
didik untuk belajar bagaimana belajar, bekerja secara berkelompok untuk mencari
solusi dari permasalahan dunia nyata.
Model pembelajaran berbasis masalah dilakukan
dengan adanya pemberian rangsangan berupa masalah-masalah yang kemudian
dilakukan pemecahan masalah oleh peserta didik yang diharapkan dapat menambah
keterampilan peserta didik dalam pencapaian materi pembelajaran.
Berikut ini lima strategi dalam menggunakan
model pembelajaran berbasis masalah (PBL).
1)
Permasalahan
sebagai kajian.
2)
Permasalahan
sebagai penjajakan pemahaman.
3)
Permasalahan
sebagai contoh.
4)
Permasalahan
sebagai bagian yang tak terpisahkan dari proses.
5)
Permasalahan
sebagai stimulus aktivitas autentik.
Peran guru, peserta didik dan masalah dalam
pembelajaran berbasis masalah dapat digambarkan berikut ini.
Guru sebagai Pelatih
|
Peserta Didik sebagai Problem Solver
|
Masalah sebagai Awal Tantangan dan Motivasi
|
o
Asking about
thinking (bertanya tentang pemikiran).
o
Memonitor pembelajaran.
o
Probbing ( menantang peserta didik untuk berpikir ).
o
Menjaga agar peserta didik terlibat.
o
Mengatur dinamika kelompok.
o
Menjaga
berlangsungnya proses.
|
o
Peserta yang
aktif.
o
Terlibat langsung dalam pembelajaran.
o
Membangun pembelajaran.
|
o
Menarik untuk dipecahkan.
o
Menyediakan kebutuhan
yang ada hubungannya dengan pelajaran yang dipelajari.
|
Pendekatan PBL mengacu pada hal-hal sebagai berikut ini.
1) Kurikulum: PBL tidak
seperti pada kurikulum tradisional karena memerlukan suatu strategi sasaran di
mana projek sebagai pusat.
2) Responsibility: PBL menekankan responsibility
dan answerability para peserta didik ke diri dan kelompoknya.
3) Realisme: kegiatan
peserta didik difokuskan pada pekerjaan yang serupa dengan situasi yang
sebenarnya. Aktivitas ini mengintegrasikan tugas otentik dan menghasilkan sikap
profesional.
4) Active-learning: menumbuhkan isu
yang berujung pada pertanyaan dan keinginan peserta didik untuk menemukan
jawaban yang relevan sehingga dengan demikian telah terjadi proses pembelajaran
yang mandiri.
5) Umpan Balik: diskusi,
presentasi, dan evaluasi terhadap para peserta didik menghasilkan umpan balik
yang berharga. Ini mendorong kearah pembelajaran berdasarkan pengalaman.
6) Keterampilan Umum:
PBL dikembangkan tidak hanya pada keterampilan pokok dan pengetahuan saja,
tetapi juga mempunyai pengaruh besar pada keterampilan yang mendasar seperti
pemecahan masalah, kerja kelompok, dan self-management.
7) Driving Questions: PBL difokuskan pada
pertanyaan atau permasalahan yang memicu peserta didik untuk berbuat
menyelesaikan permasalahan dengan konsep, prinsip dan ilmu pengetahuan yang
sesuai.
8) Constructive
Investigations: sebagai titik pusat, projek harus disesuaikan dengan pengetahuan para
peserta didik.
9) Autonomy: projek menjadikan
aktivitas peserta didik sangat penting.
Fakta Empirik
Keberhasilan Pendekatan dalam Proses dan Hasil Pembelajaran
1)
Melalui PBL akan
terjadi pembelajaran bermakna. Peserta didik yang belajar memecahkan suatu
masalah maka mereka akan menerapkan pengetahuan yang dimilikinya atau berusaha
mengetahui pengetahuan yang diperlukan. Belajar dapat semakin bermakna dan
dapat diperluas ketika peserta didik berhadapan dengan situasi di mana konsep
diterapkan.
2)
Dalam situasi
PBL, peserta didik mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara
simultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan.
3)
PBL dapat
meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik
dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan mengembangkan hubungan
interpersonal dalam bekerja kelompok.
Tahap-tahap
Model PBL
Tabel 1: Tahapan-Tahapan Model PBL
FASE-FASE
|
PERILAKU
GURU
|
Fase 1
Orientasi siswa kepada masalah.
|
·
Menjelaskan
tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yg dibutuhkan.
·
Memotivasi
siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih.
|
Fase 2
Mengorganisasikan siswa.
|
Membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut.
|
Fase 3
Membimbing penyelidikan individu dan kelompok.
|
Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, melaksanakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah.
|
Fase 4
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya.
|
Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya
yang sesuai seperti laporan, model dan berbagi tugas dengan teman.
|
Fase 5
Menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah.
|
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah
dipelajari /meminta kelompok presentasi hasil kerja.
|
Fase 1: Mengorientasikan Siswa pada Masalah
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan
tujuan pembelajaran dan aktivitas-aktivitas yang akan dilakukan. Dalam
penggunaan PBL, tahapan ini sangat penting dimana guru harus menjelaskan dengan
rinci apa yang harus dilakukan oleh siswa. serta dijelaskan bagaimana guru akan
mengevaluasi proses pembelajaran. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam
proses ini, yaitu sebagai berikut.
1)
Tujuan utama
pengajaran tidak untuk mempelajari sejumlah besar informasi baru, tetapi lebih
kepada belajar bagaimana menyelidiki masalah-masalah penting dan bagaimana
menjadi siswa yang mandiri.
2)
Permasalahan dan
pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai jawaban mutlak “benar“, sebuah
masalah yang rumit atau kompleks mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali
bertentangan.
3)
Selama tahap
penyelidikan, siswa didorong untuk mengajukan pertanyaan dan mencari informasi.
4)
Selama tahap
analisis dan penjelasan, siswa akan didorong untuk menyatakan ide-idenya secara
terbuka dan penuh kebebasan.
Fase 2: Mengorganisasikan Siswa untuk Belajar
Di samping mengembangkan keterampilan
memecahkan masalah, pembelajaran PBL juga mendorong siswa belajar
berkolaborasi. Pemecahan suatu masalah sangat membutuhkan kerjasama dan sharing antar anggota. Oleh sebab itu,
guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok
siswa dimana masing-masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang
berbeda.
Fase 3: Membantu Penyelidikan Mandiri dan
Kelompok
Penyelidikan adalah inti dari PBL. Meskipun
setiap situasi permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun
pada umumnya tentu melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan
eksperimen, berhipotesis dan penjelasan, dan memberikan pemecahan. Pengumpulan
data dan eksperimentasi merupakan aspek yang sangat penting. Pada tahap ini,
guru harus mendorong siswa untuk mengumpulkan data dan melaksanakan eksperimen
(mental maupun aktual) sampai mereka betul-betul memahami dimensi situasi
permasalahan. Tujuannya adalah agar peserta didik mengumpulkan cukup informasi
untuk menciptakan dan membangun ide mereka sendiri.
Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Artefak
(Hasil Karya) dan Mempamerkannya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan
artefak (hasil karya) dan pameran. Artefak lebih dari sekedar laporan tertulis,
namun bisa suatu video tape (menunjukkan situasi masalah dan pemecahan yang
diusulkan), model (perwujudan secara fisik dari situasi masalah dan
pemecahannya), program komputer, dan sajian multimedia. Tentunya kecanggihan
artefak sangat dipengaruhi tingkat berpikir siswa. Langkah selanjutnya adalah
mempamerkan hasil karyanya dan guru berperan sebagai organisator pameran. Akan
lebih baik jika dalam pemeran ini melibatkan siswa lainnya, guru-guru, orang
tua, dan lainnya yang dapat menjadi “penilai” atau memberikan umpan balik.
Fase 5: Analisis dan Evaluasi Proses
Pemecahan Masalah
Fase ini dimaksudkan untuk membantu siswa
menganalisis dan mengevaluasi proses mereka sendiri dan keterampilan
penyelidikan dan intelektual yang mereka gunakan. Selama fase ini guru meminta
siswa untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan selama
proses kegiatan belajarnya.
Penilaian
Pembelajaran Berbasis Masalah
Penilaian pembelajaran
dengan PBL dilakukan dengan authentic
assesment. Penilaian dapat dilakukan dengan
portfolio yang merupakan kumpulan yang sistematis pekerjaan-pekerjaan peserta didik yang dianalisis untuk
melihat kemajuan belajar dalam kurun waktu tertentu dalam kerangka pencapaian
tujuan pembelajaran. Penilaian dalam pendekatan PBL dilakukan dengan cara
evaluasi diri (self-assessment) dan peer-assessment.
1)
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh peserta didik
itu sendiri terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada
tujuan yang ingin dicapai (standard)
oleh peserta didik itu sendiri dalam belajar.
2)
Peer-assessment. Penilaian di mana pebelajar berdiskusi
untuk memberikan penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas
yang telah dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Penilaian yang relevan dalam PBL antara lain
berikut ini.
1)
Penilaian
kinerja peserta didik
Pada penilaian kinerja ini, peserta didik
diminta untuk unjuk kerja atau mendemonstrasikan kemampuan melakukan
tugas-tugas tertentu, seperti menulis karangan, melakukan suatu eksperimen,
menginterpretasikan jawaban pada suatu masalah, memainkan suatu lagu, atau
melukis suatu gambar.
2)
Penilaian
portofolio peserta didik
Penilaian portofolio adalah penilaian
berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan informasi yang menunjukkan
perkembangan kemampuan peserta didik dalam suatu periode tertentu. Informasi
perkembangan peserta didik dapat berupa hasil karya terbaik peserta didik
selama proses belajar, pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan, atau bentuk
informasi lain yang terkait kompetensi tertentu dalam suatu mata pelajaran.
3)
Penilaian
potensi belajar
Penilaian yang diarahkan untuk mengukur
potensi belajar peserta didik yaitu mengukur kemampuan yang dapat ditingkatkan
dengan bantuan guru atau teman-temannya yang lebih maju. PBL yang memberi
tugas-tugas pemecahan masalah memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan
dan mengenali potensi kesiapan belajarnya.
4)
Penilaian usaha
kelompok
Menilai usaha kelompok seperti yang dlakukan
pada pembelajaran kooperatif dapat dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok
mengurangi kompetisi merugikan yang sering terjadi, misalnya membandingkan
peserta didik dengan temannya. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model
pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh
peserta didik sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil pekerjaan
secara bersama-sama.
Penilaian proses dapat digunakan untuk
menilai pekerjaan peserta didik tersebut, penilaian ini antara lain: 1)
assesmen kerja, 2) assesmen autentik dan 3) portofolio. Penilaian proses
bertujuan agar guru dapat melihat bagaimana peserta didik merencanakan
pemecahan masalah, melihat bagaimana peserta didik menunjukkan pengetahuan dan
keterampilannya.
Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik
menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan dalam situasi yang sebenarnya.
Sebagian masalah dalam kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai dengan
perkembangan zaman dan konteks atau lingkungannya maka di samping pengembangan
kurikulum juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan
kurikulum yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif mengembangkan
kerangka berpikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya untuk bagaimana
belajar (learning how to learn).
Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut
diharapkan peserta didik akan mudah beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan
strategi pembelajaran tersebut sesuai dengan pandangan kontruktivis yang
menekankan kebutuhan peserta didik untuk menyelidiki lingkungannya dan
membangun pengetahuan secara pribadi pengetahuan bermakna.
Tahap evaluasi
pada PBM terdiri atas tiga hal: 1) bagaimana peserta didik dan evaluator
menilai produk (hasil akhir) proses; 2) bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM
untuk bekerja melalui masalah; 3) bagaimana peserta didik akan menyampaikan
pengetahuan hasil pemecahan akan masalah atau sebagai bentuk pertanggungjawaban
mereka belajar menyampaikan hasil-hasil penilaian atau respon-respon mereka
dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya secara lisan atau verbal, laporan
tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal lainnya. Sebagian dari
evaluasi memfokuskan pada pemecahan masalah oleh peserta didik maupun dengan
cara melakukan proses belajar kolaborasi (bekerja bersama pihak lain).
Source:
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI, 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Please leave your comments here